Dalam sistem pendidikan di Jepang, mulai dari pendidikan dini dan seterusnya para guru di se-Jepang raya banyak menggunakan kalimat kalimat edukasi yang tepat, jelas, dan mudah dimengerti oleh para muridnya. Seakan-akan kalimat itu baku.
Saking seragamnya mereka menggunakan kalimat-kalimat berpotensi dalam mendidik generasi, kalimat tersebut juga dipakai oleh orangtua, masyarakat, dan berbagai kalangan bila mereka mengadakan group-group edukasi untuk anak yang sangat banyak ragam group tersebut.
Kali ini saya sharing tentang, Shikkari Shitekudasai!
Kalaimat Shikkari shite kudasai ini sangat sering dipakai dalam mendidik generasi, selain ganbatte kudasai (bergiat, berjuang hingga tuntas).
“Apa arti Shikkari shite kudasai?”
Terjemahan dalam bahasa Jepang menurut Aqeela (anak SD Hiyodoridai, Kobe Jepang, kelas 5 SD),
“Chanto yaru. Nani-nani ka suru, chanto yaru.”
Makna dari apa yang diterjemahkan oleh Aqeela adalah,
“Lakukan dengan sungguh sungguh (dari hati).” Hal apapun yang dikerjakan, pastikan melakukan dengan bersungguh-sungguh.”
Hal ini jugalah salah satu yang menyebabkan, manusia dewasanya melakukan pekerjaan, tugas, atau segala sesuatu yang diamanahkan pada mereka, mereka umumnya tidak melakukan sesuatu asal asalan.
Misalnya ibu-ibu orangtua murid yang tergabung dalam komite sekolah yang dikenal dengan PTA (PTA = Parent Teacher Association), tidak ada bagian pekerjaan yang tidak berjalan dengan baik. Semuanya melakukan dengan baik. Bahkan mereka tidak semua yang menjadi ibu rumah tangga. Umumya ibu-ibu tersebut juga bekerja paruh waktu, sebagian kecil dari mereka bekerja tetap. Tapi apa yang sudah diprogramkan, diputuskan bersama semuanya berjalan dengan baik, dari hati, dan dengan kesadaran mereka, tanpa ada komando dari Sensei (guru).
Mereka para ibu atau para bapak yang ikut dalam PTA selalu shikkari melakukan pekerjaan yang diembankan kepadanya. Bahkan dari mereka berani berucap untuk mengajak dan menyadarkan yang lain.
“Ayolah para orangtua semuanya, mari ikut dalam mensupport kegiatan PTA, kita menyekolahkan anak anak kita di SD ini, tapi kita tidak mau mensupport program sekolah, berarti tidak ingin mensupport anak kita sendiri untuk maju.”
“Para Sensei semuanya tugasnya sangat banyak, hingga malam pun mereka masih bertugas. Mari kita bantu program sekolah.”
Akhirnya yang lain pun pada mengacungkan tangannya untuk membantu program yang membutuhkan para volentir dari orangtua murid.
Artinya para ibu yang tergabung dalam kepengurusan PTA, shikkari menjalankan tugasnya. Dia betul betul seakan berada di pihak sekolah, yang menginginkan adanya support dan kerjasama dari para orangtua untuk program belajar dan mengajar serta kegiatan sekolah.
Mereka sadar mendidik generasi adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya sekolah, tapi pemerintah, sekolah, orangtua, masyarakat sekitar, serta berbagai lembaga (instansi) punya tanggung jawab moril dalam mendidik generasi. Misalnya instansi kepolisian bertanggung jawab dalam pelajaran anzen kyoshitsu, keamanan di jalan, dan berada di lingkungan, etika lalu lintas dan mematuhi lalu lintas, dan memberikan surat izin menggunakan sepeda. Jadi setiap tahun polisi turut mengajar di sekolah, menampilkan kondisi di jalan raya, tata tertib dan apa akibatnya kalau melanggar lalu lintas, tabrakan dahsyat bisa terjadi.
Jadi hal apapun yang menjadi program pemerintah, sekolah, kantor dan organisasi, mereka shikkari melakukan, karena memang didikan itu dimulai sejak dini, dan selalu berkesinambungan, sehingga selalu terekspresi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Agaknya agar para murid, orangtua, guru, dan staf yang bekerja diberbagai lini di Indonesia, serius dan sungguh sungguh melakukan sesuatu, kita perlu pinjam kalimat mereka, shikkari shite kudasai ne! (Kerjakan dengan sungguh sungguh ya)!
Tulisan ini sengaja saya tulis karena berdasarkan pengalaman berjuang di ACIKITA susah sekali mendapatkan insan muda yang shikkari melakukan permintaan tolong atau pekerjaan yang diembankan padanya atau kesediaan yang sudah mereka terima tidak berjalan dengan istiqomah! Baik aktivis, guru, staf dan juga murid-murid, harus berulang kali mengingatkan, dan berulangkali revisi untuk satu tugas yang dimintakan tolong. Mereka umumnya cenderung banyak bertanya, malas membaca, dan belajar dari file atau dokumen yang sudah ada. Setelah saya renungkan, agaknya ini problem awal dari sistem pendidikan kita, kita tidak selalu menyampaikan “Shikkari shite kudasai ne”. Tidak ada kalimat seperti di atas secara nasional dalam sistem pendidikan kita.
Tidak setiap guru, mulai dari TK dan seterusnya biasa mengucapkan, “Lakukan dengan sungguh-sungguh ya!
Semoga bisa diambil manfaat positif dari sharing ini. Aamiin YRA.
Wassalam
Jumiarti Agus
Leave a Reply